Camat Labuhanratu Turun Tangan, Warga Minta Solusi Banjir

Camat Labuhanratu Turun Tangan, Warga Minta Solusi Banjir

Camat Labuhanratu Turun Tangan, Warga Minta Solusi Banjir --

BANDARLAMPUNG, LAMPUNG NEWSPAPER – Hujan deras selama lebih dari delapan jam yang mengguyur Kota BANDARLAMPUNG pada Senin, 21 April 2025 dini hari mengubah suasana tenang Jalan Pelita Baru, Kelurahan Labuhan Ratu, menjadi kawasan darurat banjir. Ratusan rumah terendam air, perabot rumah tangga rusak, aktivitas warga lumpuh, dan harapan akan solusi jangka panjang kembali mencuat.

Di tengah guyuran hujan dan genangan setinggi 30–50 cm, Camat Labuhan Ratu, Septia Isparina bersama Lurah Labuhan Ratu Sutarmin, Kepala Lingkungan II Eko Hadi Mario, dan Ketua RT 04 Bambang Supriadi, tampak bergotong royong membantu warga menguras air dari rumah mereka. Aksi langsung itu menuai apresiasi, meski sorotan utama tetap pada akar masalah: buruknya sistem drainase.

“Setiap hujan deras turun, warga di sini pasti kebanjiran. Siring (saluran pembuangan air) yang ada tidak mampu menampung volume air yang mengalir dari pemukiman padat. Kami akan segera koordinasikan langkah penanganan lebih lanjut, baik jangka pendek maupun panjang,” ujar Camat Septia, Selasa, 22 April 2025.

Menurut data yang dihimpun dari laporan warga dan RT setempat, sedikitnya 78 rumah di RT 04 dan RT 03 Kelurahan Labuhan Ratu terdampak banjir. Selain kerusakan pada perabot rumah tangga seperti kasur, lemari, dan peralatan elektronik, sejumlah warga mengalami gangguan kesehatan akibat paparan air kotor dan kondisi lingkungan yang lembap.

Fajar Sembiring, warga yang rumahnya terendam, menyuarakan keresahan dan berharap pemerintah setempat turun memberi bantuan dan memberi solusi atas banjir yang selalu terjadi ketika hujan deras. “Setiap tahun kami harus mengganti kasur dan perabot. Tolong kami, Bunda Eva,” ujarnya lirih, menyebut nama Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana.

Tak hanya kerugian material, banjir ini juga menimbulkan trauma psikologis. Anak-anak tak bisa berangkat sekolah, dan para orang tua terpaksa meninggalkan pekerjaan demi menyelamatkan barang-barang dari rendaman air.

Warga berharap pemerintah kota tidak hanya mengirim bantuan logistik sesaat, tetapi juga mempercepat normalisasi saluran air dan membangun sistem drainase terpadu yang tahan terhadap curah hujan ekstrem.

Dalam catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), intensitas hujan di Lampung dalam beberapa bulan terakhir memang meningkat, dengan risiko banjir yang terus berulang jika infrastruktur tidak diperbaiki.

“Sudah saatnya Pemkot memprioritaskan wilayah ini dalam program perbaikan drainase kota. Bukan sekadar tambal sulam, tapi solusi yang menyentuh akar persoalan,” ringkas Eko Hadi Mario, Kepala Lingkungan II.

Sumber: