Persiapan Nataru, Dari 12 Komoditas Bahan Pokok di Lampung 2 Bahan Pokok Minus.

Persiapan Nataru,  Dari 12 Komoditas Bahan Pokok di Lampung  2 Bahan Pokok Minus.

Kedua bahan pokok yang minus tersebut adalah cabai besar dan cabai rawit--ist

BANDARLAMPUNG,LAMPUNGNEWSPAPER - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Lampung telah melaksanakan kegiatan high level meeting sebagai bentuk koordinasi pengendalian inflasi menjelang hari besar keagamaan nasional (HBKN) Natal dan tahun baru (Nataru).

High level meeting (HLM) dilakukan antara Pemprov Lampung, pemda se-Provinsi Lampung, dan instansi terkait yang berlangsung di Hotel Bukit Randu, Kamis (7/12).

Pada HLM tersebut Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (KPTPH) merilis ketersediaan dan harga bahan pokok strategis di Provinsi Lampung menghadapi Nataru.

Kepala Dinas KPTPH Lampung Bani Ispriyanto menyampaikan dari ketersediaan dan kebutuhan 12 komoditas bahan pokok di Lampung, ada dua bahan pokok minus.

Kedua bahan pokok yang minus tersebut adalah cabai besar dan cabai rawit. Dari total data kebutuhan dan ketersediaan tahun 2023, ketersediaan cabai rawit di Lampung 7.120 ton dengan kebutuhan 13.674 ton. Sehingga minus 6.554 ton.

Begitu juga dengan cabai besar tahun 2023. Ketersediaannya 8.791 ton, sementara kebutuhan 9.462 ton. Sehingga minus 670 ton.

Bani Ispriyanto merincikan ketersediaan beras bulan Oktober sampai Desember 2023 sebanyak 1.199.306 ton dengan kebutuhan 232.806 ton. Sehingga mengalami surplus 966.499 ton. Harga rata-rata beras di Provinsi Lampung per 3 Desember Rp12.724 per kg.

 

 BACA JUGA:Pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang Al Furqon Tahap 1 Dikebut

Pihaknya melakukan serangkaian upaya pengendalian ketersediaan dan harga beras di Lampung mulai dari mengadakan gelar pangan murah komoditas pangan strategis dengan melibatkan peran pelaku usaha/instansi terkait.

Melakukan koordinasi lintas sektor dengan para distributor untuk ketersediaan stok pangan strategis. Melakukan pemantauan untuk mengetahui ketersediaan dan harga pangan strategis pada sentra produksi dan pasar tradisional.

Kemudian melakukan percepatan tanam padi untuk Masa Tanam per Kabupaten/Kota. Memanfaatkan sumber air yang tersedia melalui pompanisasi, pipanisasi, waduk, embung, sumur dangkal, damparit dan longstorage.

 Lalu, memanfaatkan lahan rawa lebak, lahan tadah hujan, dan lahan kering untuk tanam padi serta memanfaatkan lahan pekarangan untuk pangan lokal.

Berikutnya, ketersediaan bawang merah sampai Desember sebanyak 8.442 ton dengan kebutuhan 8.299 ton. Sehingga surplus 143 ton. Harga rata-rata hingga 3 Desember Rp 28.400 per kg.

“Upaya pengendalian ketersediaan dan harga dengan bekerjasama dengan Badan Pangan Nasional RI dalam hal subsidi dan pengiriman pasokan dari Provinsi Lain. Penanaman/Pengembangan Kawasan Bawang Merah di Kabupaten Sentra. Serta melakukan pembibitan secara mandiri,” ujarnya.

Ketersediaan daging sapi sampai Desember sebanyak 9.396 ton dengan kebutuhan 6.300 ton. Sehingga surplus 3.096 ton dengan rata-rata harga per 3 Desember sebesar Rp134.867 per kg.

Upaya pengendalian ketersediaan dan harga, dimana Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung rutin memantau stok sapi potong dan monitoring harga setiap hari di Kabupaten/Kota.

Rapat koordinasi bersama Kabupaten/Kota,, Feedloter, Asosiasi Pedagang Sapi Kota: Bandar Lampung, KPPU dalam rangka menjaga ketersediaan stock dan harga kebijakan alternatif negara asal Import sapi.

 Pemerintah juga berupaya melakukan optimalisasi fungsi Rumah Potong Hewan di Kabupaten/Kota untuk memangkas jalur distribusi. Serta Peningkatan pengawasan pasar daging beku, peningkatan penyedia dan bakalan sapi potong dari kelompok ternak Pasar Murah.

Ketersediaan daging ayam ras sampai Desember sebanyak 32.964 ton dengan kebutuhan 24.123 ton sehingga surplus 8.841 ton. Harga rata-rata per 3 Desember sebesar Rp33.333 per kg.

 Berikutnya, ketersediaan telur ayam sampai Desember sebanyak 66.077 ton dengan kebutuhan 22.804 ton. Sehingga surplus 43.272 ton dengan harga rata-rata per 3 Desember Rp27.433 per kg.

Ketersediaan Gula sampai dengan bulan Desember sebanyak 26.041 ton dengan kebutuhan/konsumsi sebanyak 25.589 ton, sehingga surplus sebanyak 452,20 ton. Harga rata-rata Rp16.800 per kg.

Lalu, ketersediaan minyak goreng sebanyak 53.137 ton dengan kebutuhan 51.176 ton. Sehingga surplus 1.961 ton dengan harga rata-rata Rp 14.033 per liter.

Ketersediaan Kedelai Provinsi Lampung sampai dengan bulan Mei 2023 sebanyak 19.362 ton dengan kebutuhan/konsumsi sebanyak 14.766,6 ton, sehingga Surplus sebanyak 4.595,70 ton. Harga rata-rata Rp12.862 per kg.

Terkait ketersediaan cabai besar Oktober sampai Desember, Bani Ispriyanto menyampaikan, ketersediaan ada 8.782 ton dengan kebutuhan 9.462 ton sehingga minus 680 ton. Harga rata-rata per 3 Desember Rp85.200 per kg.

Sedangkan ketersediaan cabai rawit Oktober sampai Desember 7.078 ton dengan kebutuhan 13.674 ton sehingga minus 6.596 ton. Harga rata-rata Rp77.267 per kg.

 BACA JUGA:Joki Tes CPNS Diperiska Sebagai Tersangka, 3 Orang Didalam Jaringan Turut Diperiksa

Upaya pengendalian ketersediaan dan harga cabai besar dan mereka mulai dari mengadakan gelar pangan murah komoditas pangan strategis dengan melibatkan peran pelaku usaha/instansi terkait.

Bekerjasama dengan Badan Pangan Nasional RI dalam hal subsidi dan pengiriman pasokan dari Provinsi Lain, penanaman/pengembangan kawasan cabai di Kabupaten Sentra.

Lebih lanjut dirinya menyampaikan bahwa langka dan mahalnya harga cabai karena beberapa faktor. Mulai dari kekeringan yang terjadi beberapa bulan belakangan ini membuat ketersediaan air untuk pertanaman cabai sangat minim. Pertanaman cabai banyak mengalami kekeringan, lebih dari 30 persen pertanaman mati, sehingga produksi dan ketersediaan di Provinsi Lampung anjlok.

Fenomena Elnino juga memicu penyebaran hama penyakit yang lebih luas. Perubahan lingkungan, termasuk suhu yang tinggi dan kelembaban rendah, menciptakan kondisi yang lebih baik bagi hama seperti ulat, kutu daun, dan penyakit seperti karat daun.

Terjadi pula penurunan Kualitas Tanaman, dimana suhu yang tinggi berpengaruh pada kualitas hasil panen cabai menjadi lebih rendah.

Masalah lainnya adalah Gangguan Musim Tanam dimana El Nino juga mengubah pola cuaca dan tentunya mengganggu musim tanam yang biasanya dilakukan petani. Petani memilih melakukan penundaan dalam penanaman cabai dan bawang merah, sehingga terjadi penurunan luas area tanam.

Jika dibandingkan produksi cabai pada periode yang sama luas tanam cabai mengalami penurunan yang cukup signifikan, di bulan September-Oktober 2022 luas tanam cabai mencapai 600 Ha sementara pada bulan September-Oktober 2023 luas tanam hanya 250 Ha

Ketidakstabilan harga juga menjadi pemicu. Diimana perubahan dalam produksi cabai yang diakibatkan elnino dapat berdampak pada ketidakstabilan pasar. Gagal panen dapat membuat pasokan cabai berkurang, sehingga mengakibatkan melonjaknya harga cabai serta tidak seimbangnya pasokan dan permintaan.

Terkait bahan pokok strategis saat nataru, disampaikan Bani Ispriyanto, pemerintah memastikan ketersediaan akan terpenuhi selama Desember.

 

 BACA JUGA:Diduga Aksi Akan Buat Gaduh, 3 Ormas Demo di Kantor Dinas Perkim Pesawaran Dibubarkan

“Melihat kondisi saat ini harga bahan pokok strategis relatif stabil. Pemerintah pun terus berupaya mengantisipasi lonjakan harga yang memicu inflasi,” tandasnya(*)

 

Sumber: