Ini Doa yang Diajarkan Para Kiai ke Santri Agar Tidak Terlihat dan Kuat saat di Serbu PKI

Ini Doa yang Diajarkan Para Kiai ke Santri Agar Tidak Terlihat dan Kuat  saat di Serbu PKI

Tentara Hizbuullah--seide.id

Sementara itu, KH Imam Mulyo, pengasuh Pesantren Tegalrejo ditangkap dan dilempari beberapa granat sambil diancam supaya tunduk kepada ideologi para PKI.

 

 BACA JUGA:Anies Ingatkan Anak-anak Muda Agar Tidak Golput

 

Untuk menghadapi terror dan serangan PKI ada beberapa kiai membekali para santri dengan bacaan alquran sebagai doa.

 

 KH Muslih Al Maraqi termasuk ulama yang memiliki jiwa patriot dan membekali santrinya dengan doa-doa, termasuk saat menghadapi pembantaian Partai Komunis Indonesia (PKI). Karena, pada saat peristiwa G30S/PKI, banyak anggota PKI yang mengincar para santri

 

 

 

Seperti halnya peran Kiai Subkhi Temanggung  yang memberikan bekal berupa doa kepada para pejuang, Kiai Muslih juga memberikan doa-doa tertentu kepada santri-santrinya.

 

 

 

Doa-doa tersebut selain memberikan ketenangan juga meningkatkan kepercayaan diri santri dalam menghadapi musuh.

 

 

 

 

 

Saat terjadi peristiwa G30S/PKI pada 1965, Kiai Muslih juga membekali santrinya dengan doa-doa. Karena, saat itu banyak anggota PKI yang mengincar para santri Futuhiyyah. Karena para santri ketakutan, Kiai Muslih mengumpulkan seluruh santrinya di masjid pesantren sembari berkata,

 

 

 

“Para santri tenang, tidak usah khawatir, tidak usah takut. Saya kasih ijazah ini, baca ‘maliki yaumiddin’ tiga kali tidak bernafas, hentakkan kaki ke tanah, nanti kamu bisa menghilang. Musuh tidak melihat kamu. Tulis lafaz Allah di telapak tanganmu dengan lidah, terus genggam. Kalau dipakai untuk memukul musuh dia akan tersungkur.”.

 

 BACA JUGA:Alokasi Kebutuhan CPNS Kemenkumham 2023 untuk Jabatan Penjaga Tahanan, Ini Kuota di Lampung

 

Ketika Indonesia telah merdeka dan banyak anggota Hizbullah diangkat menjadi tentara, Kiai Muslih dan para kiai lainnya kemudian kembali ke pesantren. Kiai Muslih lebih memilih untuk berkutat dengan ilmu dan mengajarkannya, serta mengamalkan keikhlasan.(*)

Sumber: