"Bendera Terbalik" Indonesia vs China: Suramnya Nilai Kebangsaan

"Bendera Terbalik" Indonesia vs China: Suramnya Nilai Kebangsaan--
JAKARTA, LAMPUNGNEWSPAPER — Dunia sepak bola Indonesia kembali diwarnai kontroversi yang mencoreng marwah bangsa. Presiden Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSBI), Sarman El Hakim, melontarkan kritik keras kepada PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir, setelah insiden memalukan terjadi dalam laga Tim Nasional Indonesia melawan Tim Nasional China di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Dalam pertandingan itu, publik dikejutkan oleh tampilan koreografi di tribun penonton yang memvisualisasikan bendera Merah Putih dalam posisi yang tidak sesuai. Alih-alih menampilkan merah di atas dan putih di bawah secara horizontal sebagaimana kaidah resmi bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia, koreografi justru menampilkan Merah dan Putih dalam posisi sejajar vertikal, yang menimbulkan tafsir keliru dan kesan fatal di mata publik.
Sarman El Hakim tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ia menegaskan bahwa sejak GBK dibangun dan menjadi ikon olahraga nasional, baru kali ini terjadi kesalahan fatal yang menyentuh langsung simbol negara.
“Semenjak GBK berdiri, baru kali ini terjadi hal seperti ini. Kalau ini dibiarkan untuk pertandingan berikutnya, pertanyaan besar muncul: apakah bendera kita sudah berubah? Ini disaksikan langsung oleh Presiden, para menteri, pejabat negara, dan jutaan rakyat Indonesia,” tegas Sarman.
Menurutnya, bendera Merah Putih adalah simbol sakral yang tidak boleh diotak-atik, apalagi dalam panggung internasional yang disaksikan dunia.
“Kalau memang alasan koreografi, apakah tidak ada warna lain? Kenapa harus menyentuh elemen bendera? Ini menimbulkan tafsir yang berbahaya, karena bendera Merah Putih dalam posisi vertikal sejajar itu jelas bukan bendera Indonesia,” kecamnya.
Sarman menegaskan bahwa Merah-Putih yang sejajar secara vertikal bisa menimbulkan kekeliruan tafsir secara global.
“Kalau kita lihat secara internasional, bendera dengan motif dua warna sejajar vertikal itu malah mirip dengan bendera negara lain seperti Malta, Bahrain, atau bahkan dekorasi unsur bendera Austria. Ini jelas berbahaya. Identitas bendera Indonesia itu jelas: Merah di atas, Putih di bawah, secara horizontal. Itu tidak boleh dilanggar dalam bentuk apa pun,” ungkapnya.
Ia mengingatkan bahwa pengabaian terhadap aturan simbol negara bisa menimbulkan kebingungan diplomatik dan mencederai kehormatan bangsa di mata dunia.
Sarman mengaitkan insiden ini dengan kekhawatiran lebih besar terhadap masa depan bangsa. Ia menyinggung pernyataan Presiden Republik Indonesia yang belakangan sering mengingatkan soal perubahan nilai-nilai kebangsaan yang harus diwaspadai menjelang 2030.
“Kalau hari ini bendera bisa diubah seenaknya jadi vertikal sejajar, bagaimana nanti di 2030? Ini bukan cuma soal bola, ini soal jati diri bangsa. Jangan sampai tanpa sadar kita membiarkan simbol-simbol negara mulai tergeser, berubah, dan akhirnya hilang dari kesadaran nasional,” tegasnya.
Sarman juga menilai PSSI sebagai federasi sepak bola terbesar di Indonesia telah menunjukkan kecerobohan yang tidak bisa ditoleransi.
“Ini bukan sekadar blunder teknis. Ini kesalahan yang menyangkut simbol negara. Kalau urusan bendera saja lalai, bagaimana dengan urusan-urusan yang lebih besar? Bagaimana masyarakat bisa percaya pada komitmen PSSI membangun sepak bola yang profesional, kalau hal mendasar seperti ini saja tidak peka?” katanya dengan nada geram.
Sarman mendesak Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, untuk tidak berhenti pada permintaan maaf, tetapi segera melakukan evaluasi total terhadap seluruh sistem kerja di tubuh federasi.
Sumber: