Lemahnya Sinergitas Antar Kepala Daerah Jadi Salah Satu Faktor Penyebab Banjir

Banjir menggenangi wilayah Tanjung Senang Kota Bandar Lampung dan Rajabasa. Foto Rio--
LAMPUNGNEWSPAPER.COM--Sebagian Kota Bandar Lampung kembali diterjang banjir sejak Jumat malam 21 Februari 2025. banjir diakibatkan meluapnya sungai setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur dari Jumat hingga Sabtu 22 Februari 2025.
Bahkan musibah banjir kali ini menimbulkan tiga korban jiwa, yaitu pasangan suami istri di Gedong Air Kecamatan Tanjung Karang Barat (TKB) yang tertimpa runtuhan tembok setelah diterjang air bah.
Lalu kejadian di Sukabumi Bandar Lampung, seorang perempuan berusia 30 tahun, meninggal dunia, setelah mobil yang dikendarainya terseret arus banjir.
Banjir juga menyabkan pulukan rumah di Tanjung Senang, Way Kandis hingga Kecamatan Rajabasa tergenang banjir.
BACA JUGA:Hujan dari Sore, Perum Gelora Rajabasa Kembali Terendam Banjir
BACA JUGA:Pemkot Bandar Lampung Bantu Warga Bersihkan Lumpur Sisa Banjir
Adanya bencana banjir yang sudah sering terjadi di Kota Tapis Berseri ini mengundang rasa keprihatinan dari Pengurus Harian Serikat Perusaahan Pers (SPS), H.Taswin Hasbullah.
Taswin Hasbullah menganalisa jika datangnya air bah ke Kota Bandar Lampung, khususnya ke wilayah Kecamatan Rajabasa, datang dari wilayah Negri Sakti Kabupaten Pesawaran lalu ke wilayah Kecamatan Kemiling Bandar Lampung terus ke Pramuka.
"Dari Polinela, air berhenti sebentar karena ada embung. Setelah embung air penuh tumpah melewati got besar (dulu sungai kecil), ke bekas pabrik karet. Dan air meluber sebagian ke pemukiman Rajabasa Lama,"katanya.
Dilanjutkan Bang Taswin sapaan akrabnya, air yang sudah tidak tertampung lagi di embung mengalir melewati jembatan rel kereta api, lalu membanjiri rawa-rawa seluas 1 hektar.
"Air yang sudah tidak tertampung lagi di rawa-rawa kemudian meluber ke pemukiman Perumahan Glora Persada dan terus ke rumah penduduk sampai ke menerjang ke perumahan, Dosen Unila, Batara Nila,"ujarnya
"Air bergerak cepat melewati irigasi pertanian Sidosari. Air tertahan karena sampah-sampah dan kayu-kayu tersangkut di jembatan irigasi. Apalagi air di bendungan itu, ditutup karena khawatir masuk ke areal persawahan,"tambah Taswin.
Menurut Taswin Hasbullah, Pemkot Bandar Lampung , Pemprov Lampung, Pemkab Pesawaran dan Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung (BBWS-MS) harus duduk bareng dalam mencari solusi untuk mencarikan jalan air sejak dari Negri Sakti dan sekitarnya.
"Di kawasan penyumbang kiriman air sudah wajib ada bendungan-bendungan atau embung-embung air, bisa dijadikan tempat wisata juga dan pemerintah daerah bisa beli lahan,"ujarnya
Sumber: