Relawan LAZ DF Menembus Banjir, Menjaga Asa di Aceh Tamiang
Relawan LAZ DF Menembus Banjir, Menjaga Asa di Aceh Tamiang --
Dari Jakarta hingga Lampung, lalu melaju ke Aceh Tamiang, puluhan relawan kemanusiaan membawa lebih dari sekadar bantuan logistik. Mereka membawa harapan—bahwa warga yang terdampak banjir tidak sendirian.
KABUT pagi belum sepenuhnya terangkat ketika armada kemanusiaan bergerak meninggalkan Lampung, Senin (22/12/2025). Di dalamnya, relawan LAZ Darul Fattah Peduli (LAZ DF) bersama tim kolaborator membawa puluhan ton bantuan menuju Kabupaten Aceh Tamiang, wilayah yang masih bergulat dengan dampak banjir besar.
Keberangkatan ini bukan perjalanan biasa. Bagi para relawan, ini adalah misi kemanusiaan: merespons cepat, memastikan bantuan benar-benar tiba di tangan warga yang paling membutuhkan, sekaligus mendampingi masyarakat melewati masa darurat pasca banjir.
“Turun langsung ke lokasi adalah bentuk tanggung jawab moral kami. Kami ingin memastikan bantuan tidak hanya sampai, tetapi juga tepat guna dan tepat sasaran,” ujar Zulpan Hadi, Lc., Direktur LAZ Darul Fattah Peduli.
Ekspedisi kemanusiaan ini melibatkan banyak pihak. Selain LAZ DF sebagai koordinator utama, turut bergabung Gemilang Indonesia tim Humanitarian Expedition, LAZDAI, Dompet Dhuafa Lampung, serta berbagai lembaga mitra dan relawan lokal. Kolaborasi lintas lembaga ini menjadi kunci agar respon berjalan cepat dan terkoordinasi.
Di lapangan, relawan dibagi dalam peran-peran strategis. Tim Logistik berjibaku mengelola dan mendistribusikan bantuan ke desa-desa yang terisolasi. Tim Media mendokumentasikan setiap langkah, memastikan transparansi kepada publik dan para donatur. Tim Humas menjembatani komunikasi dengan pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan mitra kemanusiaan. Sementara itu, Koordinator Lapangan (Korlap) menjadi pengendali utama, mengambil keputusan cepat di tengah dinamika lapangan.
***
Banjir yang melanda Aceh Tamiang meninggalkan luka mendalam. Sejumlah desa masih tergenang, akses logistik terbatas, dan warga kehilangan banyak perabot rumah tangga. Sisa lumpur dan genangan air memicu persoalan kebersihan serta kesehatan.
Di tengah kondisi tersebut, bantuan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar: paket sembako, beras untuk dapur umum, pakaian layak pakai, hygiene kit, obat-obatan, selimut, hingga happy kit untuk anak-anak. Tak hanya itu, relawan juga membawa genset, mesin cuci untuk program laundry gratis warga, serta peralatan masak guna mendukung operasional dapur umum.
Total bantuan yang disalurkan mencapai puluhan ton, hasil gotong royong berbagai lembaga dan donatur dari berbagai daerah.
Selama 20 hari ke depan—hingga 10 Januari 2026—relawan tidak hanya menyalurkan bantuan. Mereka membuka dapur umum, menjalankan program laundry gratis, membagikan alat kebersihan lingkungan, serta mendampingi warga dalam proses pemulihan pasca banjir. Dukungan psikososial bagi anak-anak dan lansia juga menjadi perhatian utama.
Semua kegiatan dilakukan dengan mekanisme yang terstruktur: berkoordinasi dengan BNPB, aparat desa, relawan lokal, serta melakukan pendataan langsung penerima manfaat. Setiap langkah didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala.
Ketua Yayasan Darul Fattah, KH. Aryasin, S.Pd.I, menegaskan bahwa kehadiran relawan adalah bagian dari ikhtiar menjaga martabat kemanusiaan. “Bantuan ini bukan hanya soal materi, tetapi tentang kehadiran, empati, dan kebersamaan. Kami ingin warga Aceh Tamiang tahu bahwa mereka tidak sendiri,” ujarnya.
Di antara genangan air dan lumpur yang tersisa, langkah para relawan menjadi penanda bahwa harapan masih menyala. Di Aceh Tamiang, kemanusiaan bergerak—pelan namun pasti—menyusuri desa demi desa, membawa asa untuk bangkit kembali.
Sumber: