Peta Jalan Pendidikan Islam dan Desain Masa Depan Peradaban

Rabu 31-12-2025,07:47 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Keenam, Teknologi untuk Kemanusiaan, Bukan Sekadar Pertumbuhan Ekonomi. Salah satu kritik terhadap modernitas adalah kecenderungan menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama, sering kali dengan mengorbankan nilai kemanusiaan.

Pendidikan Islam menawarkan koreksi penting: teknologi harus diarahkan untuk melayani manusia, bukan sebaliknya. Orientasi kemanusiaan menuntut agar inovasi mempertimbangkan keadilan sosial, kesejahteraan, dan martabat manusia.

Keberhasilan tidak cukup diukur secara material, tetapi juga dari sejauh mana teknologi menghadirkan kemaslahatan. Dalam kerangka ini, pendidikan berperan membentuk manusia yang mampu mengendalikan teknologi secara etis.

Ketujuh, Akhlaqul Algoritma.

Gagasan akhlaqul algoritma menegaskan bahwa algoritma tidak boleh bebas nilai. Sebagai penggerak utama sistem digital modern, algoritma harus dibangun di atas prinsip keadilan, kejujuran, transparansi, dan kemanusiaan.

Konsep ini membuka peluang kontribusi besar pendidikan Islam dalam kepemimpinan etika global. Dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai fondasi etika teknologi, PTKIN dapat berperan bukan hanya sebagai pengguna, tetapi sebagai perumus arah moral perkembangan teknologi dunia sebuah kepemimpinan etis yang bersifat universal, dialogis, dan relevan dengan tantangan zaman.

Desain Peradaban Berbasis Cinta dan Nilai

Sebagai penegasan arah kebijakan pendidikan Islam ke depan, Menteri Agama Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, menyampaikan pokok-pokokpemikiran strategis yang menjadi landasan konseptual dalam perumusan Peta Jalan Pendidikan Islam.

Pertama, Kurikulum sebagai Desain Umat Masa Depan. Masa depan umat Islam tidak terbentuk secara kebetulan, melainkan merupakan hasil dari proses pendidikan yang dirancang secara sadar, terarah, dan berkelanjutan.

Dalam perspektif ini, kurikulum tidak sekadar dipahami sebagai daftar mata pelajaran atau struktur akademik, tetapi sebagai kristalisasi nilai, visi, dan orientasi hidup suatu bangsa dan umat. Apa yang diajarkan hari ini akan menentukan karakter, cara berpikir, serta kualitas peradaban di masa depan.

Sehingga, kurikulum harus diposisikan sebagai instrumen strategis kebijakan pendidikan Islam yang berfungsi membentuk manusia, masyarakat, dan peradaban secara utuh, bukan sekadar alat administratif pembelajaran.

Kedua, Kurikulum Berbasis Cinta sebagai Ruh Pendidikan. Pendidikan Islam diarahkan untuk mengembangkan kurikulum berbasis cinta sebagai jiwa dari seluruh proses pendidikan.

Cinta dipahami bukan sebagai emosi sentimental, melainkan sebagai kekuatan etik dan moral yang melahirkan empati, kepedulian sosial, penghormatan terhadap martabat manusia, serta tanggung jawab terhadap sesama dan lingkungan.

Kurikulum semacam ini diharapkan mampu membentuk peserta didik yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

Pendidikan tidak berhenti pada pencapaian akademik, tetapi juga menumbuhkan kepekaan terhadap ketidakadilan, penderitaan sosial, dan persoalan kemanusiaan.

Ketiga, Transformasi Paradigma Teologi dan Pendidikan. Menteri Agama menekankan pentingnya kurikulum yang bersifat transformatif, yaitu kurikulum yang mendorong perubahan cara pandang teologi dan praktik pendidikan Islam.

Tags : #uin ril
Kategori :