Peta Jalan Pendidikan Islam dan Desain Masa Depan Peradaban

Rabu 31-12-2025,07:47 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Agama tidak seharusnya diposisikan sebagai lawan rasionalitas, melainkan sebagai sumber nilai dan arah etis bagi pengembangan ilmu. Ilmu memberi kemampuan memahami dan menguasai realitas, sementara agama memberi orientasi tentang tujuan dan makna penggunaannya.

Pendidikan Islam berperan menjembatani rasionalitas dan spiritualitas agar kemajuan ilmu tetap berpihak pada kemanusiaan.

Kedua, PTKIN sebagai Penjaga Etika Teknologi di Era Digital.

Perkembangan kecerdasan buatan, manipulasi data, dan algoritma digital telah mengubah cara manusia berpikir dan mengambil keputusan.

Teknologi kini bukan sekadar alat, tetapi kekuatan yang membentuk struktur sosial dan politik. Dalam situasi ini, persoalan etika menjadi semakin mendesak.

PTKIN memiliki posisi strategis sebagai pusat etika teknologi karena memiliki basis nilai, tradisi keilmuan, dan fondasi teologis. Melalui kajian etika Islam, filsafat, dan ilmu sosial, PTKIN dapat menghadirkan perspektif moral agar teknologi tidak berjalan tanpa kendali. Perannya bukan hanya mengikuti inovasi, tetapi mengarahkan agar perkembangan teknologi tetap menghormati martabat manusia.

Ketiga, Dari STREAM ke STREAMS. Pengembangan konsep STREAM menjadi STREAMSmenegaskan perlunya pendekatan pendidikan yang utuh dan seimbang. Penambahan unsur Sport menekankan bahwa manusia bukan hanya makhluk berpikir, tetapi juga makhluk jasmani, emosional, dan sosial.

Pendidikan yang terlalu kognitif berisiko melahirkan generasi cerdas tetapi rapuh secara mental dan sosial. Integrasi Science, Technology, Religion, Engineering, Arts, Mathematics, dan Sport mencerminkan pandangan holistik tentang manusia. Dalam perspektif Islam, kesempurnaan tidak diukur dari kecerdasan semata, melainkan dari keseimbangan akal, hati, dan tubuh. 

Dengan pendekatan ini, pendidikan membentuk pribadi utuh yang mampu hidup bermakna dan bertanggung jawab.

Keempat, Modal Strategis PTKIN bagi Kepemimpinan Etika Global. Dengan sekitar 40 UIN dan lebih dari 1,1 juta mahasiswa, PTKIN memiliki modal besar untuk menjadi pusat kepemimpinan etika global berbasis nilai Islam.

Potensi ini bukan sekadar angka, melainkan kekuatan intelektual dan moral untuk merespons krisis nilai yang melanda dunia. 

Lulusan PTKIN diharapkan tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki integritas, tanggung jawab sosial, dan kepedulian kemanusiaan.

Sehingga, PTKIN dapat melahirkan pemimpin dan profesional yang membawa nilai keadilan, kejujuran, dan keberpihakan pada kemaslahatan publik dalam berbagai bidang kehidupan.

Kelima, Integrasi Etika Islam dalam Setiap Disiplin Keilmuan. Etika Islam perlu diintegrasikan ke dalam seluruh mata kuliah dan disiplin ilmu, bukan hanya diajarkan sebagai materi tersendiri.

Setiap bidang keilmuan harus selalu dikaitkan dengan pertanyaan tentang tujuan, dampak, dan tanggung jawab sosial dari penerapannya.

Integrasi ini juga perlu diperkuat melalui kerja sama dengan dunia industri agar relevansi lulusan tetap terjaga tanpa kehilangan nilai. Dengan cara ini, pengembangan ilmu pengetahuan dapat berjalan maju sekaligus bermakna, serta tidak terjebak dalam logika pasar semata.

Tags : #uin ril
Kategori :