Peta Jalan Pendidikan Islam dan Desain Masa Depan Peradaban

Rabu 31-12-2025,07:47 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Oleh: Prof. H. Wan Jamaluddin Z., Ph.D

(Rektor UIN Raden Intan Lampung, Peraih Penghargaan Tokoh Pendidikan Bervisi Global dan Pelestari Kearifan Lokal dari JMSI)

PENDIDIKAN Islam hari ini berada pada persimpangan sejarah yang menentukan. Di satu sisi, iamemikul warisan panjang sebagai fondasi pembentukan akhlak dan peradaban umat.

Di sisi lain, ia menghadapi tantangan zaman yang kian kompleks: disrupsi teknologi, krisis etika, polarisasi sosial, serta perubahan cara manusia memahami pengetahuan dan kebenaran.

Dalam konteks inilah peluncuran Peta Jalan Pendidikan Islam oleh Kementerian Agama Republik Indonesia pada Selasa, 30 Desember 2025 menjadi momentum strategis untuk menegaskan kembali arah, tujuan, dan makna pendidikan Islam bagi masa depan bangsa.

Peta jalan ini bukan hanya dokumen kebijakan administratif. Ia merupakan refleksi mendalam tentang bagaimana pendidikan Islam seharusnya diposisikan sebagai proyek peradaban jangka panjang.

Pendidikan tidak cukup dipahami sebagai proses transfer ilmu atau pencetak tenaga kerja, melainkan sebagai ikhtiar sadar untuk membentuk manusia beriman, berilmu, dan berkeadaban. Apa yang diajarkan hari ini akan menentukan wajah umat dan bangsa di masa depan.

Dalam perspektif teologis, pendidikan berakar pada keyakinan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk berakal sekaligus bermoral. Amanah kekhalifahan meniscayakan pengelolaan ilmu secara bertanggung jawab.

Karena itu, pendidikan Islam tidak pernah netral nilai. Ia selalu membawa visi tentang kebaikan, keadilan, dan kemaslahatan. Ketika pendidikan kehilangan orientasi etik, ilmu mudah berubah menjadi alat dominasi, eksploitasi, bahkan dehumanisasi.

Transformasi Etik, Intelektual, dan Peradaban

Dalam perumusan arah besar pendidikan Islam, pandangan dan orasi para pemangku kebijakan menjadi rujukan penting untuk membaca tantangan sekaligus peluang ke depan. 

Salah satu pemikiran strategis yang patut dicermati adalah orasi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., yang menempatkan pendidikan Islam dalam kerangka transformasi etik, intelektual, dan peradaban. 

Orasi tersebut memotret problem actual dan juga menawarkan horizon pemikiran tentang bagaimana pendidikan Islam seharusnya mengambil peran di tengah perubahan global.

Pertama, Menata Ulang Relasi Agama dan Ilmu Pengetahuan. Tantangan pendidikan Islam saat ini antara lain adalah masih kuatnya anggapan bahwa agama berseberangan dengan ilmu pengetahuan.

Padahal, sejarah Islam justru menunjukkan bahwa tradisi keilmuan tumbuh dari kesadaran religius yang memandang pencarian ilmu sebagai bagian dari tanggung jawab moral. Karena itu, relasi agama dan sains perlu ditata ulang secara konstruktif.

Tags : #uin ril
Kategori :