LAMPUNGNEWSPAPER.COM--Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, turun langsung menemui ratusan massa yang melakukan aksi unjuk rasa di depan Gerbang kantor Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, Senin 5 Maret 2025.
Aksi demonstrasi yang digelar oleh ratusan petani singkong dan mahasiswa ini menuntut intervensi pemerintah dalam menaikkan harga komoditas singkong yang dinilai tidak sesuai dengan biaya produksi.
Dalam upaya meredakan ketegangan, Gubernur Rahmat Mirzani Djausal mengajak perwakilan pendemo untuk berdialog guna mencari solusi bersama.
"Kami siap mendengarkan aspirasi masyarakat, tetapi penyelesaian masalah harus dilakukan dengan cara yang baik dan tertib," ujar Gubernur di lokasi kejadian.
BACA JUGA:Gubernur Mirza Bersama Buruh Hadiri Peringatan Hari Buruh Internasional di Balai Keratun
BACA JUGA:Gubernur Lampung Ajak Pelaku Usaha Bersinergi Untuk Kembalikan Kejayaan Udang dan Rajungan
Dalam upaya meredakan ketegangan, Gubernur mengajak perwakilan pendemo untuk berdialog secara langsung guna mencari solusi terbaik. Namun, ajakan tersebut sempat ditolak oleh massa aksi yang bersikeras agar tuntutan mereka dipenuhi secara langsung tanpa dialog di dalam ruangan.
“Saya siap mendengarkan aspirasi masyarakat, tapi penyelesaian harus dilakukan dengan cara yang baik dan tertib,” ujar Gubernur Mirza di lokasi.
Situasi memanas saat sekelompok orang yang tidak teridentifikasi memicu kericuhan dengan melempar batu dan benda lainnya ke arah aparat. Kepolisian yang berjaga terpaksa membentuk barikade untuk mencegah kerusuhan meluas dan menjaga ketertiban.
Meski sempat menolak, sebagian perwakilan pengunjuk rasa akhirnya bersedia melakukan dialog dengan Gubernur di Balai Keratun, Komplek Kantor Gubernur Lampung. Pemerintah Provinsi mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk tidak mudah terpancing provokasi dan tetap menjaga situasi yang kondusif.
Gubernur: Saya Berjuang untuk Petani, Tapi Mari Berdiskusi dengan Baik
Dalam pernyataannya usai insiden tersebut, Gubernur menegaskan bahwa dirinya sejak awal telah berjuang keras membela kepentingan petani.
“Saya setengah mati memperjuangkan petani. Jangan bilang saya tidak bisa membela rakyat,” tegasnya. Gubernur mengungkapkan, salah satu langkah nyatanya adalah memulangkan 23 ribu ijazah siswa, mayoritas anak petani, yang tertahan akibat tunggakan biaya pendidikan.
"Saya bebaskan mereka supaya bisa lanjut sekolah dan bekerja. Itu nilainya sampai 3-6 juta rupiah per anak,” jelasnya.
Selain itu, Gubernur juga mengupayakan tambahan kuota serapan gabah oleh Bulog agar hasil panen petani tidak terbuang sia-sia.