BANDARLAMPUNG - Pertumbuhan sektor pertanian Lampung lebih tinggi, dibanding pertanian nasional, karena
peningkatan produksi pertanian, kehutanan dan perikanan.
\"Faktor musim panen raya pada Q2
ikut mendongkrak pertanian Lampung, \" Kata Dewan Penasehat ISEI Cabang Lampung Prof. Dr. Bustanul Arifin yang menjadi narasumber
dalam kegiatan Seminar dan Rapat Kerja Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Lampung, di Bukit Randu Hotel & Resto Bandar Lampung, Sabtu (6/8/2022).
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA
dan juga menjabat Koordinator FG Pangan-Pertanian PP ISEI menegaskan bahwa Strategi kemandirian pangan perlu lebih komprehensif.
\"Perekonomian Lampung pada Q2-2022 tumbuh 5,22% (y-on-y), lebih rendah dari nasional,
didorong sector perdagangan (14,55%), industri manufaktur (8,43%), pertanian (2,49%), \" Ujarnya.
Menutup materi Prof. Dr. Bustanul Arifin memyampaikan Strategi dan Perubahan Kebijakan ke Depan yakni Strategi penguatan kemandirian pangan untuk meredam inflasi tinggi yang dipicu komponen volatile food tinggi, melalui pertanian presisi, climate-smart, digitasilisasi rantai nilai, perbaikan strategi R&D dan ekosistem inovasi; Kerjasama antar daerah (KAD) amat krusial dalam konteks manajemen stok pangan, stabilisasi harga antardaerah dan antarwaktu, food losses & waste; 3. KAD dimulai dalam satu daerah, sentra produsen dengan sentra konsumen, daerah penyangga dan pengembangan dan daerah-daerah lain di Indonesia.
Kemudian Informasi pendahuluan KAD perlu lengkap dan komprehensif: Pola tanam, dinamika surplus/defisit pangan, prakiraan iklim jangka menengah-panjang: 5. Penguatan resiliensi bisnis, pengembangan dan adaptasi model bisnis, kerjasama kemitraan, disesuaikan dengan kekhasan sistem nilai setempat;. Integrasi pangan lokal, industri kuliner, kearifan lokal, perubahan pola pangan sehat, beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA), pengindustrian pangan.
Pembicara lain dalam seminar dan rapat kerja ISEI Cabang Lampung, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Irfan Farulian menjelaskan tentang Risiko inflasi global masih dalam tendensi meningkat, terutama disebabkan oleh kenaikan harga energi dan peningkatan ekspektasi inflasi sejalan dengan tingginya
ketidakpastiaan konflik geopolitik Rusia-Ukraina.
\"Peningkatan laju inflasi pada tahun 2022 mendorong berbagai bank sentral di dunia untuk segera melakukan pengetatan kebijakan monteter, \" Ujarnya.
Kenaikan laju inflasi terjadi secara broad-based, baik untuk negara maju maupun negara
berkembang. Jika dibandingkan dengan negara lainnya, laju inflasi pada Juli 2022 relatif
masih terkendali meski telah melebihi batas atas kisaran target inflasi tahun 2022. (*)