Golkar dan PDI Perjuangan Berkoalisi di Pilkada Kota Metro 2024? Ini Kata Pengamat
--M. Ricardo
METRO,LAMPUNGNEWSPAPER- Rumor yang beredar soal Partai Golkar dan PDI Perjuangan yang bakal berkoalisi, mengusung pasangan Tondi Muammar Gaddafi Nasution dan Anna Morinda sebagai Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Metro dalam Pilkada 2024 menuai sorotan pengamat politik.
Pengamat Isu Sosial dan Politik, Fitra Aditya Irsyam menilai, koalisi dari dua parpol besar itu dalam kontestasi memperebutkan kursi Kepala Daerah Kota Metro dari inkumben, merupakan langkah politik yang jitu dan potensial.
"Koalisi Golkar dan PDI Perjuangan di Kota Metro ini sudah pernah punya kisah manis di 2015 silam. Maka, kemungkinan besar romantisme itu bakal terulang lagi, jika pasangan yang diusung adalah Tondi dan Anna. Mereka ini bisa jadi lawan yang tangguh untuk melawan inkumben Wahdi Siradjuddin,” kata Fitra Aditya, Selasa, 21/5/2024.
BACA JUGA:Sekretaris KAHMI Sambut Gembira Qudratul Ikhwan sebagai Calon Bupati Tulang Bawang
Pria jebolan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta yang akrab disapa Adit itu memprediksi, pasangan Tondi dan Anna punya perangkat politik yang mendasar, bahkan menjangkau tingkatan masyarakat sampai di tingkat RT.
Kegagalan Anna Morinda dalam Pilkada 2020, menurut Adit, tentu menjadi sebuah pengalaman berarti untuk evaluasi yang mendalam dan berkualitas. Sehingga, langkah dalam Pemilu Kepala Daerah di 2024 ini akan menjadi semacam pertarungan politik yang lebih berkelas dan totalitas bagi partai berlogo banteng itu.
“Apabila koalisi ini terjadi, tentu mereka punya mesin politik yang sangat baik, bahkan menyasar sampai di tingkat RT,” paparnya.
“Khususnya bagi PDI Perjuangan ya, tentunya mereka akan bertarung habis-habisan. Sebab, kegagalan di Pilkada sebelumnya dengan selisih suara yang tipis, serta kekalahan partai ini pada Pilpres 2024 kemarin, tentu menjadi evaluasi untuk memotivasi mereka menang dalam pilkada yang akan datang," ujarnya.
Selain itu, lanjut Adit, hal lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah siapa tokoh yang nantinya bakal menjadi calon Wali Kota dari hasil koalisi tersebut. Apakah Tondi yang nomor satu dan Anna wakilnya, atau justru sebaliknya.
“Saya rasa ini bisa menjadi faktor yang menggagalkan koalisi ini terbangun, apabila kompromi antar elite partai tersebut sampai dead lock,” jelasnya.
Kemudian, faktor lainnya dapat muncul dari serangan petahana. Menurut Adit, Wahdi Siradjuddin masih punya peluang untuk diusung oleh partai besutan Megawati Soekarnoputri itu.
“Ya. Jadi, faktor penghambat lainnya juga bisa saja datang dari kandidat inkumben. Kita ketahui bersama, Wahdi ini kan sudah mendaftar sebagai Bakal Calon Wali Kota di PDI Perjuangan. Nah, maka Wahdi ini kan sudah pasti akan berlayar menggunakan parpol,” paparnya.
“Maka, jika nanti dia maju diusung PDI Perjuangan, ya kita hanya akan menunggu siapa calon wakil yang akan dia usung. Kemungkinan besar Anna toh? Maka, jika sampai ini terjadi, saya kira akan kecil peluang Golkar akan ikut bergabung,” timpalnya.
Pengamat politik dengan beragam latar belakang organisasi itu menilai, kemungkinan yang dapat dilakukan oleh kubu petahana, antara lain dengan mengambil salah satu tokoh dari dua partai tersebut, sebagai pasangannya.
Sumber: