Buntut Korban Tenggelam di Pantai Lampung Selatan, Disparbud Ogah Tersudut
Peristiwa orang tenggelam di wilayah pantai Kabupaten Lampung Selatan terjadi lagi pada Kamis, 17 Agustus 2023. --
Sedangkan peristiwa kedua terjadi di Pantai Keramat, Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo. Korban dari dua pantai berbeda itu adalah AL yang berusia 14 tahun, DK usia 21 tahun, dan HD berusia 63 tahun.
AL, dan DK tinggal di sebuah Pondok Pesantren di Desa Kotadalam. Sedangkan DK tinggal di Bandarlampung. Sebetulnya AL, dan DK sempat tenggelam bersama tiga orang temannya. Namun tiga orang berhasil diselamatkan. Keduanya tidak bisa diselamatkan karena terbawa arus ombak.
Peristiwa memilukan itu turut memantik perhatian Kapolres Lampung Selatan, AKBP. Yusriandi Yusrin, S.IK.,M.Med.Kom. Yusriandi mengatakan jajarannya akan mengevaluasi sekaligus mengecek ke lapangan untuk melihat kondisi yang ada. Apakah pengurus atau pengelola pantai sudah bertindak sesuai aturan.
"Kita harus melihat, ada apa tidak plang atau banner yang dipasang sebagai imbauan kalau di pantai itu dilarang berenang," ujarnya saat dihubungi Radar Lamsel.
Yusriandi mengatakan dalam waktu dekat jajarannya akan men-trigger para pengelola pantai supaya peristiwa orang tenggelam tidak terjadi lagi. Dia juga ingin meminta para pengelola pantai tidak lepas tangan apabila ada orang yang tenggelam. Karena itu, dia akan mencari solusi terbaik dengan pengelola.
"Dalam waktu dekat kami akan cek di lapangan, apakah ada menara pemantaunya, dan diawasi apa tidak. Jangan sampai ada kejadian lagi," katanya.
BACA JUGA:Ayah Tiri Bacok Pemuda di Wonosobo Tanggamus
Kasus tenggelam di pantai yang kerap terjadi di perairan Lampung mengundang perhatian Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Islam Indonesia (UNISI/UII).
Salah satu seniornya, Muhammad Mulya Siddiq, ikut berkomentar soal langkah dan tindakan yang harus diperhatikan oleh setiap traveller atau wisatawan yang hendak rekreasi namun dilokasi pantai tersebut tak ada penjaga pantai.
Yang paling membahayakan ketika terjadi kecelakaan di dalam air sambungnya, hendaknya jangan memporsir tenaga sampai habis. Sebab hal itu akan sia-sia dan akan lebih cepat menyeret korban pada maut. Hendaknya menyimpan tenaga dan melepas seluruh pakaian yang menempel ditubuh untuk dijadikan sebagai pelampung.
“Jangan panik, biarkan arus menyeret dan lemaskan sebagian tubuh dan tahan nafas sebisa mungkin. Setelah itu sejajarkan kaki dengan tubuh menghadap ke langit sampai datang pertolongan,” ujar pentolan Mapala Unisi yang terkenal dengan standar operating procedure (SOP) yang tinggi untuk urusan evakuasi ini. (idh/rnd)
Sumber: