OJK Gelar Pemaparan Riset Keuangan dan Jurnalisme Ekonomi pada Media Update Sumbagsel 2025
--
BANDARLAMPUNG – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) gelar pemaparan materi tentang riset keuangan dan praktik jurnalisme ekonomi dalam kegiatan Media Update, Journalist Class, dan Media Gathering yang digelar di Ballroom Hotel Holiday Inn, Bandar Lampung, Jumat (28/11/2025).
Kegiatan tersebut diikuti oleh puluhan jurnalis dari Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Lampung.
Narasumber pertama, Widya Ningsih Asisten Direktur OJK Institute (OJKI) memaparkan bagaimana arah riset OJK pada 2025 difokuskan untuk memperkuat industri jasa keuangan secara sehat dan efisien.
Widya menjelaskan, beberapa topik riset prioritas, seperti hambatan struktural perbankan syariah, tingkat kompetisi industri perbankan, hingga variabel utama dalam perdagangan sekunder karbon.
Widya turut memaparkan alur riset internal OJKI yang dibagi dalam empat triwulan mulai dari proses perumusan proposal, pemilihan metodologi, pengumpulan data, hingga publikasi hasil riset.
Ia juga menyampaikan, peran Forum Group Discussion (FGD) sebagai wadah pembahasan isu keuangan aktual, termasuk tren pasar kripto, pengembangan SBN & SBI, serta dinamika pasar karbon.
Selain itu, OJK kembali membuka Lomba Karya Tulis Ilmiah Karisma dengan tema ketahanan sektor keuangan di tengah tekanan geopolitik global.
Pembahasan materi berlanjut dengan sesi oleh Vina Oktavia, jurnalis ekonomi Kompas.com Lampung. Ia menegaskan, kemampuan jurnalis dalam membaca dampak ekonomi terhadap publik menjadi kunci menghasilkan pemberitaan yang relevan dan informatif.
“Jurnalis perlu memahami dampak ekonomi bagi masyarakat agar berita yang disampaikan lebih relevan dan informatif serta punya relevansinya,” ujar Vina.
Sementara itu, Deputi Direktur Pengawasan LJK II OJK Provinsi Lampung, Indah Puspitasari, mengungkapkan OJK telah melakukan pemetaan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Dinas Kehutanan Provinsi Lampung untuk mengidentifikasi wilayah dan komoditas unggulan yang potensial dikembangkan.
“Hasil pemetaan menunjukkan bahwa Tanggamus memiliki potensi besar, terutama produk unggulan seperti kopi dan alpukat Saburai. Ini yang akan menjadi fokus pengembangan kami,” ujarnya.
Indah menjelaskan, tantangan utama petani hutan sosial bukan hanya pada peningkatan kualitas dan kapasitas produksi, tetapi juga pada keterbatasan permodalan dan akses terhadap pembeli dalam skala besar.
“Banyak petani yang memiliki produk bagus—mulai dari kopi, alpukat, hingga madu hutan—namun kesulitan mendapatkan pembeli dalam jumlah signifikan. Mereka juga ingin naik kelas, tetapi modal terbatas. Di sinilah peran OJK,” jelasnya.
OJK Lampung membantu memfasilitasi petani dengan perbankan, termasuk BRI dan BPD, untuk membuka peluang pembiayaan yang lebih besar. Dengan memastikan bahwa produk petani memiliki pasar yang jelas, perbankan diyakini lebih mudah memberikan kredit.
“Kita pastikan dulu produknya layak dan ada pasarnya. Kalau sudah ada pembeli tetap, perbankan akan percaya. Ini bukan soal mengelola hutannya, tetapi meningkatkan kapasitas usaha dan akses modal petani,” tegas Indah.
Program ini didasari pemetaan komprehensif yang dilakukan oleh Balai Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Mereka memetakan petani berpotensi, kapasitas produksi, serta komoditas yang layak dikembangkan.
“Hasil pemetaan ini menjadi dasar kami dalam menghubungkan petani dengan lembaga keuangan. Mana petani yang prospektif, berapa kapasitas produksinya, dan apa komoditas unggulannya, semuanya sudah diidentifikasi,” tambah Indah.
Melalui skema ini, OJK berharap dapat mempercepat pengembangan ekonomi daerah, khususnya sektor pertanian dan kehutanan sosial yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian ribuan keluarga di Lampung.
“OJK berkontribusi melalui peningkatan kapasitas, akses permodalan, dan penguatan rantai pasok. Jika petani naik kelas, maka ekonomi daerah pun tumbuh,” kata dia.
Sumber: