Sampai dengan triwulan III Tahun 2023, sektor perdagangan tumbuh dengan baik yaitu sebesar 10,32%, dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022 dan menjadi sektor pendorong utama ketiga pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.
Jika melihat kinerja perdagangan luar negeri, pada bulan Januari sampai dengan September tahun 2023, Provinsi Lampung telah mencatatkan nilai ekspor sebesar 3,4 miliar USD, impor sebesar 1,48 miliar USD, dan menghasilkan surplus neraca perdagangan sebesar 1,93 miliar USD.
Ekspor Provinsi Lampung didominasi oleh produk hasil pertanian dan perkebunan, di antaranya CPO, kopi robusta, nanas kaleng, karet dan produk kelapa.
Kelapa merupakan salah satu komoditi andalan utama dari Provinsi Lampung. Gubernur Arinal menyebutkan, saat ini total produksi kelapa di Provinsi Lampung mencapai 78.571 ton dengan luas area sebesar 89.673 Ha pada tahun 2022. Berbagai produk kelapa telah disalurkan ke pasar dalam negeri dan diekspor ke berbagai negara.
Adapun negara tujuan ekspor produk kelapa secara utama adalah Amerika, China, Belanda, Jepang, dan Australia. Variasi produk kelapa dari Provinsi Lampung yang telah diekspor diantaranya yaitu santan kelapa, karbon aktif, briket, sabut kelapa, kopra, nata de coco, minyak kelapa, kelapa utuh dan lidi nipah.
Produksi produk kelapa ini didukung dengan sejumlah perusahaan industri besar pengolahan kelapa yang berada di Provinsi Lampung. Selain itu, melalui UMKM di Provinsi Lampung kelapa juga telah dimanfaatkan menjadi berbagai produk kerajinan diantaranya fashion dan home dekor.
Saat ini Provinsi Lampung juga telah berkolaborasi dengan berbagai instansi, terutama Kementerian Perdagangan serta instansi terkait lainnya, dalam membantu penguatan pasar dari UMKM termasuk produk kelapa, diantaranya sertifikasi halal, pemberian pendampingan ekspor, dan kerjasama perdagangan antar wilayah.
Sebagai daerah penghasil kelapa, Gubernur Arinal mengungkapkan bahwa masih terdapat tantangan yang dihadapi dalam pengembangan kelapa di Indonesia, termasuk Provinsi Lampung, antara lain hama dan penyakit, alih fungsi lahan, dan lainnya. Selain itu belum optimalnya peningkatan nilai tambah produk atau hilirisasi untuk produk kelapa.