Kuliah umum bertema Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Radikalisme yang digelar di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu 5 Februari 2020. Foto/Istimewa
Selain berefek positif, perkembangan teknologi informasi yang pesat juga menimbulkan dampak negatif. Salah satunya menggerus dan mereduksi nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda Indonesia.
Dengan kemajuan teknologi, generasi muda diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menyikapi semua informasi yang diterima.
Sikap itu dinilai penting sebagai upaya mempertahankan jati diri. Ilmu pengetahuan dan keterampilan (skill) yang dimiliki mahasiswa dinilai harus pula diimbangi dengan akhlak dan Wawasan kebangsaan
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius saat memberikan kuliah umum (stadium generale) di hadapan sekitar 600 mahasiswa dengan tema Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Radikalisme di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu 5 Februari 2020.
“Dunia maya bisa mengubah orang dari hal-hal positif menjadi negatif. Salah satunya masalah radikalisme dan terorisme yang mana penyebaran paham-paham itu masuk melalui dunia maya. Untuk itu knowledge dan skill yang dimiliki adik-adik ini harus diimbangi dengan akhlak dan wawasan kebangsaan,” tutur Suhardi.
Dia mengimbau mahasiswa ITB untuk memiliki kepedulian atau wareness bahwa kemajuan teknologi biarpun sangat bagus ternyata ada sisi negatif.
Sebagai bagian dari pengembangan teknologi, kata dia, sivitas akademika ITB harus peduli dan mewaspadai paham-paham yang bisa masuk di lingkungan mahasiswa yang tidak disadari oleh mahasiswa tersebut.
“Kelompok (radikal terorisme-red) itu melakukannya secara pelan-pelan, ada proses indoktrinasi dan sebagainya. Dengan kewaspadaan itu, adik-adik bisa menjadi agent of change. Di samping sebagai kontributor yang baik, tapi dia juga memberikan masukan-masukan terkiat bagaimana mengatasi hal-hal atau dinamika yang tidak lazim untuk segera diinformasikan, baik kepada dosen, guru atau kepada rektor sehingga segera bisa diatasi,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Suhardi mengapresiasi antusiasme mahasiswa dalam mengikuti kuliah umum yang diberikannya. “Luar biasa, mereka langsung angkat tangan untuk bertanya semua. Itu merupakan wujud bahwa mereka punya kepedulian. Ada ‘Garuda di Dadaku’, itu yang paling penting. Walaupun dia apa pun agamanya, kita punya ‘Garuda di Dadaku’sebagai makhluk sosial yang ada pada bangsa dan negara ini,” tuturnya.
Usai memberikan kuliah umum, dalam kesempatan tersebut Kepala BNPT juga menyempatkan untuk memberikan pembekalan materi dengan tema Peran Sivitas Akademica dalam Menangkal Penyebaran Paham Radikal Terorisme kepada para pejabat struktural ITB yang baru saja dilantik pada Rabu pagi oleh Rektor ITB, Prof Reini Wirahadikusumah MSCE, PhD.
Sementara itu Rektor ITB Prof Reini Wirahadikusumah menegaskan kampusnya terus bertekad untuk mencetak lulusannya yang bisa menjadi berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia ini.
Tidak hanya mencetak mahasiwa yang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, namun mahasiswa tersebut harus memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi dalam membangun bangsa ini.
“Dari sisi aspek pendidikan formalnya, yakni sains, teknolog, seni, humaniora dan sebagainya, Kami ini bisa dikatakan sebagai ahlinya. Tetapi hal tersebut tentunya tidak cukup. Mahasiswa pun harus memiliki kemampuan kebangsaan yang sangat baik. Hal tersebut (wawasan kebangsaan-red) kami bukan ahlinya,” ujar Reini usai mendampingi Kepala BNPT untuk memberikan pembekalan.