“Ini yang menjadi harapan kami agar tiga pilar utama pimpinan, terutama pilar internasional, bisa tercapai,” katanya.
Menjawab pertanyaan terkait latar belakang pembukaan Prodi Bahasa dan Kebudayaan Inggris, Dr Nadirsah menyebut ada dua alasan utama. Pertama, kajian tentang kebudayaan menjadi topik yang menarik sekaligus penting sebagai pusat peradaban.
“Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling banyak dipakai di dunia, termasuk di pendidikan. Maka bahasa dan kebudayaan tentu menjadi perangkat untuk memajukan dan mendukung profil lulusan. Harapan kami, ke depan akan lahir alumni yang mampu berkiprah, termasuk sebagai diplomat,” ujarnya.
Alasan kedua adalah faktor regulasi dan peluang yang dibuka pemerintah. Setelah moratorium pembukaan prodi dicabut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membuka kesempatan untuk pendirian prodi-prodi baru.
“Hari ini di rumpun bahasa ada dua jalur, yakni Sastra Inggris, kemudian Bahasa dan Kebudayaan Inggris. Kami melihat yang dibuka dalam sistem adalah Bahasa dan Kebudayaan Inggris. Ini lebih unik dan menarik dibandingkan sekadar berbicara sastra,” terangnya.
Wakil Dekan I optimistis pembukaan prodi baru ini akan memberikan warna baru bagi Fakultas Adab. “Tinggal bagaimana nanti ramuan dan proses pendidikan yang kami siapkan agar sesuai dengan kebutuhan zaman,” tutupnya.