"Sejak saya lulus dari AMN Magelang," tukas Raffi juga sambil bergurau.
''Lulus AMN Magelang'' yang dimaksud adalah saat Raffi bersama-sama para menteri dan wakil menteri mengikuti retreat di Akademi Militer Negara Magelang. Raffi adalah utusan khusus presiden bidang pembinaan generasi muda dan pekerja seni.
Dengan Pak Dasco kami ngobrol banyak hal. Dari makan bergizi gratis, Danantara, Garuda, Koperasi Merah Putih, pertanian, dan perpolitikan nasional.
Saya juga menggali di bidang apa saja Presiden Prabowo merasa bahagia atas pelaksanaan programnya. Lalu di bidang apa saja presiden kurang puas.
Dasco menceritakan panjang lebar semuanya. Dasco adalah guru besar ilmu hukum dan menjabat rektor Universitas Kebangsaan. Kini Dasco menjabat wakil ketua DPR RI, ketua harian DPP Partai Gerindra, dan wakil ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra.
Saya ceritakan kepada Pak Dasco bagaimana Raffi Ahmad mengirim WA nyaris pukul 00.00. "Itulah kami. Saya sendiri hanya bisa tidur sekitar tiga jam sehari," katanya. "Sering saya terpaksa telepon pejabat pada pukul 02.00," tambahnya.
Tapi tidak terlihat Pak Dasco seperti kurang tidur. Wajahnya segar berseri. Geraknya cepat cekatan. Tidak terlihat lelah.
"Pak Dasco ini lebih merasa orang Lampung atau orang Padang?" tanya saya.
"Hahaha...orang bilang saya orang Sicilia," jawabnya. Kami semua ikut tertawa. Tentu itu humor yang sangat mengena.
Dasco kelihatan senang saja dengan julukan ''orang Sicilia'' itu. Di obrolan ini ia masih sekali lagi menyebut kata ''orang Sicilia'' itu. Padahal orang Sicilia, Italia, dikenal sebagai --Anda sudah tahu.
"Ibu saya Palembang. Ayah saya Lampung Saya lahir di Bandung. Sekolah di Manado," ujar Dasco setelah berhenti tertawa soal Sicilia.
Ia bercerita di Lampung sudah selesai membangun rumah. Bukan rumah biasa. Rumah adat. Disebut rumah Balai Agung. Lokasinya di Pahoman Bandar Lampung.
Tak terasa kami ngobrol sampai 1,5 jam. Hari itu jadwal Dasco tetap padat. Padahal Presiden Prabowo sedang melakukan kunjungan kerja ke Bali. Kalau saja presiden di Jakarta Dasco tidak akan berani berjanji bertemu siapa pun. Atau bisa saja janji, tapi disertasi catatan: bisa batal mendadak karena dipanggil presiden.
Hampir saja saya tidak bisa bertemu Pak Dasco. Sore sebelumnya pesawat yang saya tumpangi dari Pontianak telat tiba di Jakarta setengah jam. Ini musim padat. Sulit cari tiket. Saya pasrah. Tidak jadi ke Yogyakarta –memenuhi undangan Butet Kartaredjasa– menonton pameran foto dan video dengan tema Eling Sangkan Paraning Dumadi –ingat pada asal usul.
Saya ingin melihatnya untuk tahu apakah Butet masih sangat anti Jokowi-Gribran –dari yang dulunya amat memuja. Apakah foto dan video yang dipamerkan masih soal politiknya itu.
Pameran itu sendiri sebulan penuh. Masih ada waktu. Kalau saja malam itu saya ke Yogyakarta alangkah sulitnya paginya cari tiket ke Jakarta untuk Pak Dasco.