Hotel Aidia Grande Tolak Magang Siswa Tak Mampu, Ada Apa?

Hotel Aidia Grande Tolak Magang Siswa Tak Mampu, Ada Apa?

--M. Ricardo

 METRO, LAMPUNGNEWSPAPER-Hotel Aidia Grande Kota Metro menolak permintaan magang seorang siswi tak mampu asal SMK Muhammadiyah III, Jurusan Perhotelan di posisi house keeping atau tenaga kebersihan kamar. Padahal, sebelumnya pelajar tersebut diterima di hotel bintang 4 di Bandar Lampung.

Berdasarkan informasi yang diterima Lampung Newspaper, diketahui siswi tersebut bernama Novi Maryana(16). Dia sebelumnya diterima untuk menjalankan program magang di Hotel Santika Bandar Lampung, di posisi house keeping. Namun, karena keterbatasan wali murid untuk memenuhi biaya hidup Novi di ibukota Provinsi Lampung itu, dia terpaksa tidak melanjutkan program magang nya di sana.

Kemudian, pihak sekolah memberi pilihan lain untuk Novi mencari hotel lainnya yang berjarak lebih dekat dengan tempat tinggalnya di Kota Metro, dengan harapan bisa meringankan pengeluaran Novi. Dengan catatan, hotel alternatif itu berkategori bintang tiga.

“Novi kami izinkan untuk magang di Kota Metro yang dekat dengan tempat tinggalnya, agar memperoleh pengalaman dan pembelajaran yang baik kami menyarankan di hotel yang setidaknya berbintang tiga,” jelas Lusi Kurnia wali kelas Novi, Rabu, 24/7/2024.

BACA JUGA:Armada Batu bara jadi biang kerok, Anggota DPRD Angkat Bicara.

Hotel Aidia dipilih sebagai tempat magang alternatif, agar Novi bisa melanjutkan program magang tersebut. Sayangnya pihak Hotel Aidia menolak pengajuan magang Novi dengan alasan kurangnya kelengkapan berkas dan ketidakcakapan Novi dalam berbahasa asing.

Menanggapi perihal itu, Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Metro menyoroti sikap Hotel Aidia sebagai suatu sikap yang tidak elok.

Ketua SMSI Metro, Ali Imron Muslim menyebut Hotel Aidia tidak memiliki kepekaan sosial. Ketua organisasi pers yang terdiri dari CEO media siber itu menyoal tanggung jawab sosial yang diberikan Aidia Hotel melalui CSR, setelah melanggar DAS. 

Menurutnya, Pemkot Metro harus terbuka soal CSR yang diberikan hotel tersebut. Apakah layak dengan dampak banjir yang ditimbulkan akibat bangunan Aidia Hotel yang sebagian berdiri di atas saluran irigasi?

“Aidia Hotel seharusnya punya kepekaan sosial dan memiliki kontribusi terhadap perikehidupan masyarakat. Jika sekedar menerima siswa magang yang notabene tidak digaji saja tidak mau, lalu bagaimana dengan besaran CSR yang selama ini diberikan kepada Pemkot Metro? Apakah mencukupi, dibandingkan dampak lingkungan atas berdirinya hotel itu di atas aliran irigasi?,” tegas Ali.

Sementara itu, Vice Director KARA Akademi, Rofingatus, yang pernah menjabat sebagai Human Resources (Sumber Daya Manusia) Recruitment di Cafe Batavia menilai, kemampuan bahasa asing tidak begitu dibutuhkan untuk posisi back liner (posisi yang jarang bersinggungan dengan tamu).

BACA JUGA:Pencoklitan Rampung, Berikut Hasil Temuan Bawaslu Lampura Selama pengawasan Pencoklitan

Menurut Rofi, sangat kecil kemungkinan terjadi percakapan antara back liner dengan tamu, sehingga pekerja yang kurang mampu berbahasa asing biasanya ditempatkan sebagai baPencoklitanl

“Pengalaman saya sebagai HR Recruitment biasanya SDM yang kurang memiliki kemampuan bahasa asing, apalagi yang tidak pedean (percaya diri) biasanya memang ditempatkan di back liner seperti house keeping atau bagian dapur seperti cook helper dan steward , bukan posisi yang mewajibkan dia untuk berinteraksi dengan tamu setiap saat seperti front officer dan F&B service misalnya. Apalagi jika sekedar pegawai magang, yah justru semestinya kekurangannya diterima karena bekerja sambil belajar tanpa digaji,” jelas Rofi.

Sumber: