Bakal Hilangnya Makam Bersejarah di Menggala
Lampungnewspaper.com - Lokasinya berada diatas tebing dekat Sungai Way Tulang Bawang, berada di Kelurahan Ujung Gunung, Kecamatan Menggala, Makam Menak Getti Pangeran Rajo Mego merupakan salah satu makam bersejarah yang ada di Kabupaten Tulangbawang, namun kondisi memprihatinkan karena tidak adanya perawatan dan perhatian dari semua pihak, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi longsor, maka Makam tersebut akan hilang. Padahal, konon diceritakan, bahwa sekitar Abad ke 16 - 17, Menak Getti Pangeran Rajo Mego merupakan salah Hulubalang atau Pemimpin Pasukan yang membantu Menak Sengaji Gelar Paduka Rajo, salah satu tokoh pelaku sejarah perlawanan dan perjuangan masyarakat pribumi di Bumi Gattau Tejang (Menggala) dalam melawan para Pedagang Cina yang memonopoli perdagangan. Menurut M. Rendra, salah satu Pemuda Peduli Sejarah Tulangbawang, mengatakan bahwa, berdasarkan data dan informasi yang pernah didapatkannya dari narasumber seperti Almh. Wasila Binti Ismail, Alm. Marwansyah Warganegara, Alm. Drs. Rukhyat Kesumayudha, Alm. Hi. Assa\'ih Akib dan Khoiri Rujungan yang merupakan orang-orang yang mengerti sejarah, dikisahkan oleh para tetua Tıyuh Menggalou bahwa awal mula kedatangan para pedagang dari berbagai suku bangsa disambut dengan baik oleh Masyarakat Gattau Tejang (Menggala) namun ekspedisi pedagang cina mulai meresahkan masyarakat pribumi karena mereka memonopoli sistem perdagangan yang berjalan saat itu. Sistem barter pada saat itu dinilai hanya menguntungkan sebelah pihak yakni pedagang cina, mereka ingin membeli hasil bumi dengan harga murah sedangkan mereka menjual kain sutra, giok, kramik dan kenci-kendian dengan harga yang mahal. Hal ini mendorong Menak Sengaji selaku pendiri Tiyuh mengumpulkan kekuatan memimpin pasukan pribumi untuk menumpas exspedisi cina dan menghentikan tujuan mereka untuk menguasai perekonomian juga guna mempertahankan wilayah Gattau Tejang (Menggala) dari Bangsa Cina. Untuk memberantas perlakuan yang tidak adil tersebut, Menak Sengaji mendapatkan bala bantuan dari Menak Djagat Tiyuh Gunung Terang (Marga Suay Umpu), dan diutuslah Menak Ngegulung Sakti (Adik dari Menak Djagat) termasuk Menak Getti Pangeran Rajo Mego dari Gunung Terang untuk menjadi hulubalang membantu Menak Sengaji menumpas ekspedisi cina. Pada suatu hari mereka mempersiapkan persenjataan seperti Payan dan Terapang yang sebelumnya sudah diasah dialiran anak sungai agak kearah selatan way Tulang Bawang yang tempat mengasah senjata itu sekarang dikenal dengan Umbul Pengaring. Ketika hari mulai gelap dan malampun tiba, para pedagang cina tertidur pulas, Menak Ngegulung Sakti dengan pasukannya melaksanakan tugasnya menggulung kapal cina menjadi kandas dirawa dipinggir Sungai Way Tulang Bawang, kemudian Menak Sengaji dan Menak Getti Pangeran Rajo Mego dengan pasukannya mengepung kapal cina dan bergantian menyerang para pedagang cina secara bertubi-tubi. Peperangan tak dapat dihindari, perang terjadi hingga matahari terbit membuat mereka (ekspedisi pedagang cina) kalah dan terbunuh yang kemudian jenazahnya dibuang ke sebuah rawa dan menjadi satu tumpukan diatas tanah yang agak menggunung yang sekarang dikenal dengan Pulau Daging. Namun sayangnya, Makam Menak Getti Pangeran Rajo Mego, kondisinya kini memprihatinkan, tidak adanya perhatian dari semua pihak, termasuk Pemerintah, membuat Makam yang berada dekat dengan Makam Menak Sengaji tersebut dan berada diatas tebing, berbatasan langsung dengan Sungai Way Tulangbawang itu beberapa bagian sekitar lokasinya telah longsor. \"Makam beliau itu jika tidak ada yang memprihatinkannya termasuk Pemerintah, tentunya akan dapat hilang, karena longsor, padahal Makam tersebut merupakan salah satu Makam bersejarah yang ada di Kota Menggala ini, saya berharap ada yang peduli termasuk Pemerintah untuk dapat memberikan perawatan terhadap lokasi Makam Menak Getti Pangeran Rajo Mego,\" papar M. Rendra. M. Rendra juga berharap, agar Pemuda Tulangbawang, khususnya Menggala, dapat semakin peduli tentang sejarah, agar kelak anak cucu masyarakat Tulangbawang, bisa bangga dengan sejarah tanah kelahiran kakek nenek moyangnya dan memiliki identitas budaya yang kuat serta jelas. (Gun/Mad/Red).
Sumber: