RAJABASA,LAMPUNGNEWSPAPER - Merasakan kesulitan air membuat Warga Desa Tanjung Gading, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, terpaksa naik ke kaki Gunung Rajabasa.
Fungsi hutan yang memiliki manfaat sebagai pengendali daur air sudah mulai bermasalah karena kondisi hutan lindung Rajabasa kian memprihatinkan
Mau tidak mau mereka harus melakukan hal itu demi melihat penyebabnya. Setelah tiba di lokasi mata air, warga bersama aparatur Desa Tanjung Gading akhirnya menemukan akar masalah. Rupanya saluran air di Gunung Rajabasa ada yang tersumbat.
Selain itu mata airnya juga perlu dibersihkan karena alirannya sudah jauh berkurang.
"Penampungan mata air ini juga mengalami kerusakan," ujar Kepala Desa Tanjung Gading, Ali Nurdin, Rabu, 25 Oktober 2023.
Nurdin mengatakan bahwa pelbagai persoalan itu cuma segelintir dari permasalah utamanya. Intinya masalah dari kesulitan air yang dialami warga saat ini, lanjut Nurdin, karena kondisi Gunung Rajabasa yang semakin memprihatinkan.
BACA JUGA:Dua Remaja Pemakai Sabu di Kota Metro Dicokok Polisi
"Hampir habis dirambah oknum-oknum yang nakal. Kami tidak ingin hal seperti terus terjadi karena warga akan terdampak kekeringan," katanya.
Persoalan semacam itu sebetulnya bukan lagi menjadi rahasia umum. Pada tahun 2016-2017 lalu, tim kami Radar Lamsel grup sempat ikut bersama tim dari KPH dan Pemerintah Kecamatan Rajabasa ketika mengecek kondisi hutan lindung di Gunung Rajabasa.
Kondisinya memang sudah memprihatinkan. Banyak pepohonan yang tumbang akibat ulah oknum.
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan harus segera mengambil sikap mengenai permasalahan ini supaya dampak negatif tidak terjadi lagi.
Defisitnya sumber mata air dari pegunungan juga menyulitkan Perumda Tirta Jasa. Direktur Perumda Tirta Jasa Kabupaten Lampung Selatan, H. Rudi Apriadi KM, S.Sos mengatakan serangan El Nino memang membuat stok air yang dimiliki menyusut.
Namun, kata Rudi, hal itu masih bisa diatasi dengan catatan petugasnya harus bekerja lebih ekstra lagi.
"Karena El Nino ini berkepanjangan, sumber air grativasi dari gunung kering total," ujarnya
BACA JUGA:Tim JPU Kejari Lampura Limpahan Berkas Perkara Bimtek Ke Pengadilan Tipikor Pengadilan Negeri Kelas lA Bandar
Kondisi yang sedemikian rupa memaksa Perumda Tirta Jasa harus mutlak mengandalkan tenaga pompa. Konsekuensinya, lanjut Rudi, tagihan listrik jadi membengkak tuga kali lipat. Tapi pilihan itu tetap diambil karena BUMD ada dan hadir untuk melayani.
"Semua sumber air gravitasi kering kerontang sehingga off. Normalnya biaya listrik kita di seluruh cabang unit se-Lampung Selatan sekitar Rp120 juta, sejak El Nino mendekati Rp300 juta," katanya.
Rudi menjelaskan kondisi air di beberapa wilayah. Beruntung di wilayah Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Natar masih terkendali. Sementara ini debit air yang telah menyusut lumayan tajam terjadi di Cabang Bakauheni, Unit Sidomulyo, Unit Jatiagung dan Unit Way Kandis.