Jarak yang begitu dekat dengan PT. Woongsol menyebabkan 80an Kepala Keluarga di Dusun Katibung menderita. Buktinya dalam sekali menyapu rumah, warga disana menghimpun debu yang mencapai satu aqua gelas.
“ Pagi, siang dan malam debu nggak berhenti. Apalagi saat ini musim kemarau. Tadinya kami mendesak perusahaan melakukan penyeriaman rutin supaya menekan penyebaran debu. Namun tidak dilakukan juga, malah kata orang prusahaan mereka menambah mesin produksi,” jelasnya.
Media ini juga menemui orang tua yang anaknya menderita gangguan pernapasan sejak dua bulan belakangan. Dari keterangan korban, anaknya sudah bolak-balik periksa ke dokter namun belum sembuh juga.
BACA JUGA:Relokasi Pedagang Pasar Pasir Gintung Berjalan Lancar
“ Sudah ke dokter spesialis kata dokter anak saya mengidap gangguan pernapasan. Kalau terus-terusan begini, bahayanya bagi kesehatan kami. Harusnya perusahaan memikirkan dampak buruk terhadap warga, bukan hanya memikirkan keuntungan semata,” kata Imam, seorang ayah yang anaknya menderita alergi debu.
Emosi warga disana sudah memuncak, Pemerintah Desa Sukabanjar bahkan sudah pasrah dengan hal ini. Sebab kejadiannya terus berulang-ulang tanpa ada penanganan serius baik dari Perusahaan maupun Pemerintah Daerah.
Warga tidak mengancam secara eksplisit atas dampak buruk tersebut. Namun ketika keluhan ini kembali digantungkan tanpa solusi, bukan tidak mungkin menyulut konflik yang lebih besar, sebesar kobaran api yang kerap melahap serabut kelapa di PT. Woongsol.
Menyikapi hal tersebut Wakil Ketua I DPRD Lampung Selatan Agus Sartono langsung beraksi. Rencananya Anggota DPRD Lamsel bakal turun ke PT. Woongsol bersama dengan Organisasi Perangkat Daerah seperti DLH dan Dinkes Lamsel.
“ Ini sudah terjadi berulang-ulang, persoalannya sama. Warga khawatir dampak jangka panjang terhadap kesehatan mereka. Maka besok (Rabu.red) kami turun bersama OPD ke PT. Woongsol supaya ada jalan keluar,” kata Agus.