Perubahan iklim menjadi ancaman bagi ketahanan pangan, air dan energi karena perubahan iklim dapat mempengaruhi produktifitas pertanian, ketersediaan air dan energi.
BMKG memprediksi fenomena El Nino akan semakin menguat pada bulan Agustus - September tahun ini yang beresiko meningkatkan kekeringan.
Selanjutnya akan berdampak pada ketersediaan air dan menurunkan produktifitas di sektor pertanian hingga mempengaruhi ketahanan pangan nasional.
Provinsi Lampung melakukan inovasi cadangan air di bagian barat Lampung sebagai kawasan hulu dengan Kabupaten Kawasan hilir dalam membantu pelestarian hutan serta implementasi resource sharing dan Eco-Sharing Daerah Aliran Sungai (DAS).
Dengan Luasan 3,5 Juta Hektare, kawasan hutan Provinsi Lampung berjumlah 30 persen atau sekitar 1,475 juta hektare berstatus sebagai kawasan hutan. Dan inilah yang menjadikan Lampung saat ini sebagai salah satu lumbung pangan nasional, bahkan mendapatkan predikat sebagai lokomotif pertanian Indonesia dari Kementerian Pertanian.
"Karena itu saya sangat berharap dan saya ingin bekerja sama dengan HATHI dan institusi yang berkaitan," ucapnya.
Upaya global dan nasional telah dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan mengatasi pemanasan global. Guna mendukung Komitmen Nasional, Pemerintah Provinsi Lampung telah menjadikan penurunan emisi gas rumah kaca sebagai salah satu Indikator Kinerja Utama.
Hal ini sejalan dengan misi keenam pembangunan provinsi Lampung yaitu mewujudkan pembangunan daerah berkelanjutan untuk kepentingan bersama yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Lampung.