Selain itu, kata dia, Amran juga dipersepsi mayoritas publik sebagai menteri yang berperan besar dalam menjaga ketahanan pangan. Salah satunya dengan kebijakan tak lagi impor beras.
Begitu juga, lanjut Arman, dengan Purbaya Sadewa yang dalam analisisnya, memiliki gebrakan fenomenal. Meskipun baru menjabat dan belum sampai satu tahun, Purbaya dianggap sudah mengundang perhatian sekaligus harapan publik. Dua figur tersebut, Amran dan Purbaya, sudah melesat menjadi magnet publik yang dirindukan.
“Kedua menteri itu memang tampil dan hadir pada momen yang tepat pada saat mayoritas publik hari ini sedang merindukan sosok pejabat yang bersih, ditengah berbagai temuan praktik mega korupsi triliunan. Nah, mereka tampil seperti menjawab kerinduan dan harapan publik tersebut,” ungkapnya.
Arman mengakui, problem Amran dan Purbaya adalah tingkat pengenalan yang masih belum ideal dibanding dengan para menteri lainnya. Menteri Amran misalnya, baru dominan dikenal di segmen petani dan menengah atas. Tapi pada segmen yang lebih besar seperti milenial dan segmen grassroot lainnya masih belum dikenal.
Sebagai figur, jelas Arman, Menteri Purbaya dan Menteri Amran sudah masuk dalam kategori moncer. Meskipun, yang ideal itu, antara tingkat pengenalan dan kesukaan berbanding lurus.
“Yang terjadi dengan Pak Amran dan Pak Purbaya, keduanya memiliki tingkat pengenalan yang masih belum ideal, sekitar 51%. Tapi tingkat kesukaannya cukup tinggi, diatas 80%. Kalau di Pilkada atau di Pilpres, biasanya masuk dalam kategori 'Barang Bagus' untuk dipilih," tandasnya.
Survei juga memotret tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka.
Hasilnya, 81,9% publik mengaku sangat puas dan cukup puas dengan kinerja Presiden Prabowo. Dan cukup jauh dibawahnya, 69,7% publik mengaku sangat puas dan cukup puas dengan kinerja Wapres Gibran.